Between Fire and Water (2020): Antara Dua Ruang Identitas

— Ulasan Film
FFD 2021
Between Fire and Water

Pria Afro-Kolombia semata wayang di Quillasinga melakukan perjalanan untuk mencari ibu kandungnya sambil memikirkan kembali identitasnya. Melalui kisah pribadi tersebut, Between Fire and Water (Viviana Gómez, 2020) mencoba menelusuri penyerbuan ke dalam adat masyarakat di laguna Cocha. Dokumenter ini bukanlah sebuah kisah penolakan, melainkan sebuah kisah asimilasi.

Camilo, seorang anak angkat dari pasangan suku asli dari laguna Cocha, Kolombia, adalah satu-satunya pria Afro-Kolombia di komunitasnya. Keadaan tersebut membuatnya selalu merasa berbeda. Tak hanya diam, Camilo memutuskan untuk memulai perjalanan dalam menelusuri asal-usul biologisnya yang kemudian membuatnya bertanya-tanya tentang identitas gandanya sebagai kulit hitam dan -di saat yang bersamaan-  tergolong sebagai orang asli Quillasinga yang mayoritas berkulit putih.

Bingung bagaimana membantunya, orangtua dan masyarakat sekitar mengadakan pertemuan untuk mendukung perjalanan Camilo. Kemudian, Camilo dan ayahnya pergi ke sebuah upacara bersama. Dalam upacara tersebut, pemimpin masyarakat Quillasinga memberikan mereka ayahuasca, ramuan suci untuk bimbingan spiritual yang menyokong mereka untuk memulai perjalanan menemukan ibu kandung Camilo. Bersama-sama mereka mengumpulkan kebenaran tentang kelahiran Camilo beserta kisah keluarganya. Dengan sinematografi yang cantik, Viviana Gómez dan timnya mengikuti perjalanan Camilo serta berkontribusi dalam menghubungkannya kembali dengan akar asalnya. 

Dalam wawancaranya di DOK.fest Munchen, Viviana Gómez bercerita bahwa ide untuk merenda karya ini muncul 4 tahun yang lalu ketika ia menjadi cameraperson untuk sebuah proyek dokumenter lain. Dokumenter tersebut bersarang di laguna Coach, tempat Camilo tinggal. Saat itu –4 tahun lalu, salah satu karakter yang terlibat dalam dokumenter tersebut adalah Norberto, ayah dari Camilo. Dalam prosesnya, Norberto memperkenalkan Camilo sebagai anaknya. Viviana mengaku kebingungan karena Camilo berkulit hitam. Rasa bingung inilah yang membawa Vivian untuk bersedia menemani perjalanan Camilo mencari ibu kandungnya.

Lewat Between Fire and Water (Viviana Gómez, 2020), Viviana mencoba menggambarkan kebebasan Camilo untuk memahami dirinya sebagai individu dari dua identitas. Perjalanannya berhasil membangun jembatan antara dua dunia yang sangat berbeda. Lebih dari itu, dokumenter ini juga memotret masyarakat yang penuh kasih sayang, beriring dengan nilai-nilai dan ritual kuno.

Program Perspektif merupakan program yang selalu hadir di FFD untuk memberikan ruang berdiskusi terkait persoalan sosial politik dan ekonomi yang lebih luas dan mendalam melalui film dokumenter. Tahun ini, tujuan Program Perspektif adalah membicarakan praktik kerja yang tidak hanya terpaku dengan aspek ekonomi semata, atau jauh dari kerangka kapitalisme. Between Fire and Water (Viviana Gómez, 2020) mampu merepresentasikan tujuan dari Program Perspektif. Keputusan Camilo untuk mengulik asal-usulnya yang juga didukung oleh otoritas adat dan keluarganya di Quillasinga memberikan gambaran bentuk kerja yang menguras energi, emosi, dan bentuk-bentuk immaterial lainnya yang tidak dilandasi oleh faktor ekonomi. Namun, karena ada tekad dan cinta dalam dirinya, Camilo berhasil melakukan perjalanan ke tempat asal ibunya: Tumaco, sebuah kota di Samudra Pasifik yang mayoritas dihuni oleh orang Afro-Kolombia. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Camilo bertemu dengan warisan afronya dan bertemu dengan akarnya.

Between Fire and Water (Viviana Gómez, 2020) mampu membuat penonton meneteskan air mata. Dokumenter ini membungkus persoalan personal yang ternyata imbasnya bisa sampai ke masyarakat atau komunitas sekitar. Persoalan adopsi yang dipaparkan dalam dokumenter ini juga berlapis-lapis. Terlepas dari isu-isu yang rumit, setelah menonton dokumenter ini, penonton mungkin akan merasa diyakinkan bahwa mereka akan selalu menemukan jalan pulang.

 

Penulis: Tirza Kanya Bestari