Pertanyaan-pertanyaan retoris tentang kehidupan seperti apa yang ada di balik cahaya matahari seringkali berkelindan di sudut-sudut ketidakmengertian kita. Namun, kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu astrofisika perlahan menjawab rentetan pertanyaan tersebut. Lamat-lamat, kita mulai paham mengenai rotasi dan revolusi, galaksi, semesta kosmos, hingga kemungkinan hidup di planet lain.
Narasi besar itulah yang dibawa Behind the Sun (Bentley Brown, 2023). Dalam dokumenter ini, Brown bertindak sebagai produser, sutradara, penyunting, sekaligus sinematografer. Bahkan, ia pun menjadi narator tunggal yang membacakan monolog sepanjang dokumenter. Brown seolah ingin benar-benar mengomunikasikan kegelisahannya pada penonton secara lebih personal.
Tidak hanya membahas perubahan sosial dalam kerangka film dan bioskop, Brown juga turut membawa kisah kegagalan hubungan romantik secara personal. Kedua narasi tersebut saling terajut secara liminal dalam metafora yang tertangkap dari serangkaian rekaman NASA dan narasi retoris tentang semesta lain di balik cahaya matahari. Tawaran untuk membuka mata terhadap semesta lain berjalan seiring dengan kedua narasi utama Behind the Sun (2023), hubungan dan perubahan.
Planet dan bintang lain dalam galaksi menjadi simbol untuk kesempatan dan harapan yang sebenarnya dapat kita gapai jika mau berkembang dan membuka diri. Barangkali ketakutan terhadap perubahan serta kebimbangan atas hubungan berakar dari ketidakmengertian kita atas semesta luar. Oleh karena itu, kita diberikan tawaran untuk membuka mata (baca: hati) secara lebih luas sepanjang film ini.
Temukan harapan simbolik dalam semesta di balik cahaya matahari melalui Behind the Sun (2023). Film ini ditayangkan dalam program Spektrum Festival Film Dokumenter (FFD) 2023. (Ahmad Radhitya Alam) (Vanis)
Detail Film
Behind the Sun (وراء الشمس)
Bentley Brown | 18 Min | 2023 | Arab Saudi, Amerika Serikat | Warna | 17+
Jadwal Tayang
12.07 | Gedung ex Bioskop Permata | 15.00 WIB
12.08 | Auditorium IFI-LIP | 13.00 WIB