Kompetisi Panjang Indonesia

Catatan Program

Kompetisi Panjang Indonesia menjadi etalase yang menawarkan cara pandang atas kompleksitas keberadaan dan keberdayaan atas apa yang terjadi di Indonesia kini. Keempat film dalam seleksi program tahun ini menggarisbawahi pentingnya film dokumenter sebagai sarana menggali lapisan ingatan dan pengalaman manusia. Ia berisi pandangan observasional tentang kehidupan pondok pesantren waria yang sarat kontroversi di Yogyakarta, meditasi ajeg tentang kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah setelah lebih dari 25 tahun reformasi demokrasi, potret biografi ekspositoris tentang seorang seniman yang tak memiliki pendidikan formal yang berlandas pada sentuhan dari jiwa, hingga kehidupan pastor Belanda yang datang ke Papua sebagai misionaris muda dan memutuskan untuk menjadi warga negara Indonesia.

Tantangan memunculkan film dokumenter dengan estetika dan teknis yang dapat menyokong cara tutur dan perspektif pembuatnya menjadi variabel yang berarti.  Jumlah yang sangat sedikit tentu memengaruhi keberagaman dalam pendekatan yang pada akhirnya semakin sukar ditemukan. Program ini tidak hanya melihat sejauh mana dokumenter panjang Indonesia melangkah, tetapi menjadi refleksi tentang ke mana langkah tersebut menuju.

Juri

Amelia Hapsari

Amelia Hapsari adalah pembuat film dokumenter yang turut membangun ekosistem film dokumenter. Selama 8,5 tahun menjabat sebagai Direktur Program In-Docs, ia menghubungkan film-film dokumenter terbaik Asia Tenggara dengan industri internasional, mentor dari seluruh dunia, serta para beragam pemangku kepentingan; baik pemerintah, non-pemerintah, maupun swasta. Ia menggagas Dare to Dream Asia bersama STEPS; Good Pitch Southeast Asia dan Good Pitch Indonesia bersama Doc Society dan Jia Foundation; serta Docs by the Sea bersama Bekraf dan Kemenparekraf. Kini, Amelia adalah Direktur Komunikasi Ashoka, yang membangun gerakan Everyone a Changemaker bersama ekosistem pendidikan dan keluarga di Indonesia. Amelia tinggal dan bekerja di Indonesia dan Australia.

Chayanin Tiangpitayagorn

Chayanin Tiangpitayagorn (lahir 1987) adalah seorang pengamat film berbasis di Bangkok dan kritikus film serta teater independen. Dia mulai bekerja untuk majalah film seperti Starpics dan Bioscope, dan kemudian melebarkan sayapnya ke jurnal, publikasi media daring, dan festival. Dia menjadi juri untuk Starpics Thai Film Awards, Bangkok Critics Assembly Award; di mana dia juga menjadi ketua komite seleksi bagi kategori film pendek, dan IATC-Thailand Dance and Theatre Awards. Sejak 2013, ia menjadi salah satu kurator Wildtype dan Wildtype Middleclass, sebuah program pemutaran film tahunan yang berfokus pada film-film independen Thailand yang terabaikan, dan baru-baru ini bergabung dengan komite seleksi Thai Short Film and Video Festival pada tahun 2022.

Novasari Widyaningsih

Novasari Widyaningsih adalah seorang dosen, peneliti, dan produser media dengan gelar Master of Arts in Film Studies dari University of Leeds. Ia aktif terlibat dalam Asosiasi Cendekiawan Film Indonesia dan The British Association of Film, Television and Screen Studies. Karyanya berfokus pada ekosistem film dokumenter. Ia percaya bahwa film bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan bentuk ekspresi kreatif yang kuat yang dapat mengedukasi, memicu diskusi, dan menginspirasi perubahan sosial.

Komite Seleksi

Dag S Yngvesson

Dag Yngvesson adalah seorang pembuat film dan Asisten Profesor sinema dan studi budaya di Universitas Nottingham, Malaysia. Karya ilmiah dan kreatifnya berfokus pada sejarah dan politik bentuk dalam sinema dan media Asia Tenggara. Filmnya, Banyak Ayam Banyak Rejeki (Many Chickens, Lots of Luck, 2021), diputar di Mubi dan di berbagai festival internasional, termasuk FFD. Buku pertamanya, Archipelagic Cinemas: Screening Southeast Asian Modernity, akan terbit pada tahun 2025.

Gayatri Nadya

Gayatri Nadya terpilih sebagai peserta Berlinale Talents 2023 sebagai Audience Designer. Memulai kariernya sebagai volunter di Jakarta International Film Festival dan Festival Film Konfiden. Sejak 2015, ia aktif dalam distribusi film di KOLEKTIF, mengelola ruang pemutaran seperti Kinosaurus. Saat ini ia mengkoordinasi program peningkatan kapasitas terkait film melalui laboratorium dan festival film, juga sebagai Manajer Festival Jakarta Film Week.

Sandeep Ray

Sandeep Ray adalah seorang penulis, pembuat film, dan sejarawan. Film-filmnya telah diputar di berbagai festival termasuk Busan (BIFF), Taiwan (TIDF), Sydney, Paris (Jean Rouch), Teheran (IIFF), Kopenhagen (DOX), dan menjadi kurator di Flaherty Seminar, the Films Division of India, serta Whitney dan Getty Museums. Ia juga merupakan kepala Sekolah Humaniora di Universitas Nottingham Malaysia.