Seniman Kolaborator
- Catatan Karya Artwork
Interlude
Perubahan dan pergeseran yang terjadi dalam sekejap mata mengantarkan kita pada masa transisi yang konstan, yang memaksa kita untuk berpikir dan beradaptasi terhadap perihal tersebut dalam berbagai aspek kehidupan. Peran tiap individu dalam struktur masyarakat membentuk nilai kebiasaan dan budaya yang kemudian memengaruhi cara kita mengimpretasikan realitas.
Kini, realitas menjadi kabur nan simpang siur. Perihal yang sebelumnya sulit dibayangkan serentak menjadi kenyataan. Realitas semakin tak masuk akal. Ia bisa dimanipulasi oleh pihak yang memiliki kepentingan, kekuatan, dan kekuasaan. Pada akhirnya, kita seakan dipermainkan dalam tontonan yang kita ciptakan sendiri.
–Restu Ratnaningtyas
- Catatan Karya Bumper
Bising yang Berulang
Pada akhir tahun 2019, saya memulai penelitian jangka panjang tentang sungai vulkanik di lanskap selatan Gunung Merapi–gunung berapi paling aktif di Indonesia–dengan mengunjungi empat sungai berbeda dan empat jenis penambangan pasir berbeda. Penelitian ini didasarkan pada hubungan manusia maupun non-manusia dalam perspektif ekologi dari konteks lokal Gunung Merapi dan industri pertambangan pasir. Saya memiliki pertanyaan dan rasa penasaran atas posisi para makhluk halus yang terpindahkan atau tercabut dari Gunung Merapi ke berbagai kota dalam proses pembangunan infrastruktur modern. Pertanyaan tersebut berakar pada kepercayaan penduduk setempat bahwa segala sesuatu yang berasal dari Gunung Merapi dianggap dihuni oleh makhluk halus.
Karya yang saya buat untuk bumper Festival Film Dokumenter 2023 terdiri dari potongan-potongan cuplikan hasil penelitian saya. Saya mengembangkan rekaman tersebut bersama Sandi Kalifadani (Yogi-Musisi) untuk memahami suasana dan suara di sekitar yang dihasilkan oleh industri pertambangan pasir. Kebisingan terus menerus yang mengganggu alam, dan kemudian menjadi detak jantung infrastruktur modern yang antroposentris saat ini.
–Dito Yuwono
Seniman

Restu Ratnaningtyas
Restu Ratnaningtyas adalah seniman dan ilustrator asal Tangerang yang kini tinggal di Yogyakarta. Karya-karyanya banyak menggunakan media kertas maupun kain dan seringkali melakukan eksplorasi dengan berbagai media. Belakangan ini karya-karyanya banyak berbicara tentang isu sosial dan humanisme dengan pendekatan personal dan aktual, menggunakan objek/simbol yang dekat dengan keseharian (domestik). Restu aktif berpameran di dalam dan luar negeri, antara lain The Roving Eye di Arter, Turki (2014), Broken White Project: Tropenwelle, Mizuma Art Gallery, Singapura, Termasuk, Darren Knight, Australia (2018); serta pameran tunggalnya CYANOSIS di Serrum Art Gallery, Jakarta (2019), Subsume, Baik Art Gallery, USA (2018), Ranah/Tanah, Cemeti Art House, Yogyakarta (2019).

Dito Yuwono
Dito Yuwono berkarya di area perlintasan antara penciptaan seni visual dan kuratorial. Ia tertarik pada narasi tentang bagaimana sebuah ruang terjalin erat dengan politik dan sejarah. Praktik artistiknya yang berbasis penelitian sering kali membahas isu-isu sosial-politik-historis melalui produksi video, fotografi, dan instalasi audiovisual. Karyanya telah dipamerkan di Herbert F. Johnson Museum of Art, Village Video Festival #6, Jimei X Arles International Photo Festival 2017, ISCP New York, JIPFest ’22, Arkipel 9th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival, OUR Museum National Taiwan University of Arts, dan lainnya.