Semenjak kelahirannya, sinema memang menghadirkan dunia lain. Keterkejutan seorang penonton pada dokumentasi kereta yang melintas di layar dalam peristiwa pemutaran film pertama oleh Lumiere sudah berlangsung pada masa sebelumnya ketika magic lantern memutar figur-figur hantu. Fenomena ini menunjukkan bagaimana sinema sebenarnya dekat dengan hal-hal “dunia lain” di luar dengan keseharian para penontonnya.
Sinema dokumenter sendiri, dalam perkembangannya, juga sudah mulai mengakses hal-hal di luar keseharian, seperti mimpi, trauma, mistis, dan lain sebagainya. Dalam konteks ini, tentu saja pendekatan dari dokumenteris juga berdampak pada pendekatan visual yang bisa jadi berbeda dari praktik lainnya. Termasuk pengertian sinema kontemporer juga di dalamnya yang mencoba melirik kembali praktik-praktik pendekatan sinema kelas B sebagai sebuah metode. Itu artinya, strata hierarki di dalam tradisi modern sudah tidak berlaku kembali hari ini. Melihat jangkauan isu yang diambil dalam sinema kontemporer juga persoalan dari pengalaman di relung paling dalam dari personal, non-manusia, dan dunia grotesque.
Keseharian menjadi semacam pendekatan karena di dalamnya mengandung keragaman personal. Sebagaimana dalam The Book of Life and Three Stories about Women and the Unseen in the Midst of the Pandemic (2023), semacam kisah-kisah perempuan yang menyibak kembali tegangan masa lalu dan masa kini, kehilangan dan seterusnya, sebagai kisah-kisah keseharian yang ditelusuri secara personal. Sementara dalam Garden Amidst the Flame (2023) adalah pantulan dalam memandang pengetahuan arkaik yang dimiliki masyarakat di Minahasa, yang membentuk dunianya sendiri yang menghapus hierarki antara manusia dan non-manusia, yang membentuk bahasa sinemanya sendiri karena hilangnya distingsi realis dan non-realis. Pengalaman sinema grotesque juga sebagai sesuatu yang kompleks, tidak lagi persoalan visual yang mandiri, tetapi di dalam Di Balik Rupa (2023), juga mencoba melacak masa lalu dan representasinya melalui apa yang berlangsung di balik panggung khususnya bagaimana sejarah adalah fiksi yang memuat beragam kerja artistik dalam pembentukan horornya.
Selamat menonton Grotesque Cinema!
– Akbar Yumni