Kompetisi Pelajar

Catatan Program

Kompetisi Pelajar merupakan ruang apresiasi bagi para pelajar di Indonesia yang bergiat melalui dokumenter. Dalam kategori ini, alih-alih melihatnya dari presentasi bentuk, kejujuran cara pandang dalam melihat sekitar menjadi tawaran yang penting.

Kelima finalis dalam kategori ini menyuguhkan gagasan utama yang serupa, tetapi kelimanya membawa tawaran pendekatan dan cara tutur yang sama sekali berbeda. Kepolosan melihat sebuah isu nyatanya dapat dibaca sebagai perspektif kritis nan membangun mengenai media yang–tentu saja–menjadi patron para pelajar saat ini. Di tengah deru teknologi, para pembuat film pelajar justru lebih tertarik mempresentasikan hal yang berkaitan dengan tradisi. Program Kompetisi Pelajar tahun ini mengajak kita untuk lebih jauh mengerti sudut pandang yang dapat memperkaya cara kita membaca sesuatu.

Juri

Wahyu Utami

Wahyu Utami menyelesaikan pendidikan Magister Seni di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Ia mengawali proses berkaryanya di bidang seni video sejak tahun 2009 dan mulai menyutradarai film pendek pada tahun 2016. Film-film pendeknya telah diputar di berbagai festival dan mendapatkan penghargaan. Dia juga pernah mengikuti program residensi baik lokal maupun internasional, antara lain di Flores, Halmahera, Singapura, dan Jerman. Selain sebagai sutradara dokumenter, dia juga berprofesi sebagai pengajar di Jogja Film Academy.

Manuel Alberto Maia

Manuel Alberto Maia (Abe) mulai menggeluti film dengan mendirikan Komunitas Film Kupang pada 2012. Pada 2013, ia mengikuti lokakarya film dokumenter untuk pemula dalam program Kickstart! In-Docs. Film dokumenter pendeknya termasuk Kaos Kupang (2012) dan Kabar dari Medan (2014). Nokas (2016), film dokumenter panjang pertamanya, mendapatkan nominasi Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia 2016 dan telah ditayangkan di festival film nasional dan internasional, seperti SGIFF, YIDFF, FFD, dan Freedom Film Festival. Abe juga membuat film pendek fiksi Siko (2018) yang dinominasikan dalam kategori Film Pendek Terbaik Festival Film Indonesia, serta Uma De Raffa (2022) yang diputar di JAFF.

Dini Adanurani

Dini Adanurani (lahir 1998), menyelesaikan studi Filsafat di Universitas Indonesia. Ia adalah seorang penulis dan peneliti di bidang seni dan film. Ia tergabung dalam tim selektor ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival. Semasa kuliah, ia pernah menjadi Direktur Festival untuk UI Film Festival 2019. Bersama dua penulis lainnya, Dini sedang membangun platform kritik budaya visual Aspek Rasio.

Komite Seleksi

Alia Damaihati

Alia Damaihati merupakan salah satu pengurus program Forum Film Dokumenter yang dimulai tahun 2006. Belajar dan mengenal pengelolaan program serta manajemen ekshibisi melalui program di Kinoki dan beberapa lokakarya. Kini, ia terlibat di Festival Film Dokumenter sebagai direktur program.

Gerry Junus

Gerry merupakan Direktur Program KDM Cinema Yogyakarta sekaligus bagian dari Klub Sinema Sisifus Salatiga. Ia pernah terlibat sebagai kurator, juri, maupun selektor dalam beberapa festival, antara lain: Kotabaru Heritage Film Festival, Brawijaya Film Festival, Minikino Film Week, Sewon Screening, dan Parade Film MMTC. Saat ini, Gerry terlibat dalam tim program kompetisi Festival Film Dokumenter dan menjadi juru program Indonesia Raja: Jogja-Jateng 2023.

Sazkia Noor Anggraini

Sazkia Noor Anggraini adalah pengajar, peneliti, dan pembuat film dokumenter. Ia pernah tergabung menjadi pengelola program FFD (2017–2018), bagian jejaring kerja programmer Indonesia Raja (2019–2021), dan juri nasional untuk kategori film pendek Indonesia pada Minikino Film Week (2020–2021). Ia merupakan anggota Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (KAFEIN) dan pernah menjadi juri perwakilan asosiasi untuk FFI dalam Kategori Kritik Film (2021). Penelitian terbarunya bersama KAFEIN berjudul For the Sake of Film Pilgrims and Film Travellers: The Impact of Laskar Pelangi and Ada Apa Dengan Cinta? 2 on Local Economies (2022). Film dokumenter personalnya, The Age of Remembrance (2021), mendapatkan penghargaan Film Dokumenter Pendek Terpilih Piala Maya 2022 dan Special Mention pada FFD 2021.