Apa yang terjadi bila masyarakat adat harus hidup berhadapan dengan praktik industri yang ekstraktif dan masif? Bagaimana peristiwa dan narasi terkait hal tersebut muncul dalam media dan film dokumenter? Apa yang kita bayangkan ketika bicara estetika perlawanan, utamanya dalam dokumenter? Adakah cara dan praktik tertentu untuk membicarakan dan membingkai perlawanan dalam film dokumenter? Bisakah peristiwa keseharian, ingatan masa lalu, dan cinta, hadir sebagai hal yang subversif?
Diskusi ini hadir sebagai upaya membincangkan pertanyaan-pertanyaan di atas melalui film pendek Mama Lihat Awan Jatuh (Wulan Putri, 2023).