Perspektif

Film, Arsip, dan Memori sebagai Proses untuk Menyembuhkan Luka Dunia

Keadaan dunia yang kita lihat dan alami saat ini, membawa semua luka yang terakumulasi sepanjang sejarah modernitas Barat. Dunia luka ini didasarkan pada kejahatan yang dilakukan oleh modernitas–dari perbudakan, kolonialisme, hingga rasisme sebagai senjata ideologis. Banyak dari luka-luka ini yang tidak pernah diperbaiki cenderung menjadi tidak terlihat. Meskipun luka-luka ini belum sepenuhnya hilang, gejalanya terus menampakkan diri. Bahkan, jika luka-luka material dan immaterial yang ditimbulkan oleh kolonialisme tampaknya tidak dapat diperbaiki, kita tidak dapat terus menyangkal atau mengabaikannya dengan diam.

Saat ia meninggalkan Aljazair setelah perang kemerdekaan, Albert Camus, keturunan pemukim Prancis di negara tersebut, menulis dalam novel terakhirnya, The First Man: “Karena apa yang telah kami buat di sini adalah kejahatan, maka harus dimusnahkan.”

Daftar kejahatan kolonialisme begitu panjang sehingga banyak di antaranya tetap tidak terlihat sampai hari ini. Sementara pada saat yang sama, membuat kejahatan-kejahatan tersebut tidak terlihat, juga telah menjadi senjata kendali bagi bekas penjajah, mengklaim kemenangan sambil mengingkari semua tanggung jawab.

Meskipun memperbaiki semua luka tampaknya menjadi tugas yang tidak pernah berakhir, ada kebutuhan bagi banyak orang untuk bergerak melampaui keputusasaan ini. Melalui proses mengidentifikasi luka-luka yang ada, mendengarkannya, merefleksikannya, membicarakannya, dan merawatnya, maka negara-negara yang terluka akan mampu menemukan kembali diri mereka sendiri.

Ada banyak cara untuk melakukan pendekatan terhadap tugas yang sulit ini, tetapi saya percaya bahwa seni melalui berbagai media dapat menjadi alat yang sangat kuat dan berhasil memberikan kontribusi untuk tugas ini. Membuat film dokumenter adalah cara untuk memahami dan menyembuhkan trauma-trauma ini, dan akses ke arsip material atau immaterial sangat penting dan berkontribusi untuk melipatgandakan pengetahuan serta pengalaman.

Film-film ini berbicara tentang luka-luka masa lalu, mengumpulkan kenangan, memperbaiki arsip-arsip, membawa kesaksian ke permukaan, merupakan sarana menemukan cara untuk menyembuhkannya. Di Aljazair, di Madagaskar, di Bissau, dan di Indonesia, proses penting ini mengangkat kembali masa lalu sebagai cara untuk menyembuhkan dan menerangi masa kini.

Rekan Pengelola Program: Jean-Pascal Elbaz

Expedition Content
2020  —
  78 min  —
  21+
Ernst Karel, Veronika Kusumaryati
2018  —
  90 min  —
  15+
Marie-Clémence A. Paes
2019  —
  68 min  —
  15+
Dorothée-Myriam Kellou
2021  —
  88 min  —
  21+
Shin-ichi Ise
2021  —
  26 min  —
  15+
Fransiscus Magastowo
2017  —
  96 min  —
  15+
Filipa César
Login