Catatan Program
Merayakan Program Kompetisi yang ke-21, Festival Film Dokumenter menerima berbagai macam film dokumenter yang semarak dari seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Program ini terus tumbuh subur untuk menampilkan film-film dokumenter yang reflektif dan mengintervensi realitas sosial melalui cara bercerita yang kreatif.
Di tahun 2022 ini, kami telah menerima 400-an film yang diseleksi oleh panitia yang terdiri dari rekan-rekan internal dan juga pendukung FFD yang berelasi baik dari tahun ke tahun. Kami menyambut baik jumlah dan kualitas film telah berkembang selama empat tahun terakhir sejak program ini dibagi dalam empat kategori, yakni Dokumenter Panjang Internasional, Dokumenter Panjang Indonesia, Dokumenter Pendek, dan Dokumenter Pelajar.
Kami memilih 3 film dokumenter pelajar, 8 film dokumenter pendek, 3 film dokumenter panjang Indonesia, dan 8 film dokumenter panjang internasional untuk diputar selama enam hari festival. Dari setiap kategori, tim juri final akan menganugerahkan satu pemenang yang akan diumumkan pada malam penutupan festival. Program kompetisi menghargai kemunculan film dokumenter dengan perspektif, gaya bercerita, dan pendekatan penuh warna setiap tahun, dan karenanya kami berharap untuk memiliki lebih banyak lagi di masa mendatang!
Rekan Pengelola Program: Rugun Sirait dan Riskya Duavania
Puiyee adalah seorang manajer seni dan pengelola program film yang berbasis di Singapura. Saat ini dia menjabat sebagai Manajer Senior di Objectifs Center for Photography and Film, tempatnya mengelola program film. Dia sebelumnya adalah Manajer Program Singapore International Film Festival (2014‒2019) untuk program Film Pendek. Dia juga telah diundang menjadi panel seleksi untuk SEAShorts Film Festival di Malaysia, World Press Photo Digital Storytelling Contest (kategori panjang), Busan International Film Festival, Bangkok ASEAN Film Festival, dan menjadi Screener untuk SXSW 2022.
Kiprahnya di dunia perfilman dimulai pada tahun 2000 dengan menyelenggarakan Jakarta International Film Festival. Sejak itu, ia terlibat dalam produksi film sebagai produser dan sutradara untuk film dokumenter, project market, dan forum pitching. Ia mendirikan Biru Terong Initiative pada tahun 2015 yang merupakan jaringan dari Video4Change. Dia juga bekerja untuk program Akatara sejak 2018 bersama Kemenparekraf RI, dan bergabung dengan Indonesiana Film sejak tahun 2021 bersama Kemendikbudristek RI. Vivian pernah bekerja di Salto Production (sekarang Base.id), Kalyana Shira Foundation, dan Viu Indonesia. Ia berkolaborasi dengan Sokola Rimba, Yayasan Perempuan Kepala Keluarga, Toraja Melo, Indonesia Film Coop, dan Yayasan Odesa. Saat ini, dia sekarang berada di Badan Perfilman Indonesia, dewan festival untuk Jakarta Film Week, dan dewan penasihat Puan Seni, sebuah kolektif seniman perempuan Indonesia.
Woto Wibowo beroperasi sebagai seniman di ranah yang berkelindan antara seni visual, desain, musik, dan ragam aktivitas sosial-budaya. Ia merupakan bagian dari kolektif seni Ruang MES56 (Yogyakarta), mengelola label musik Yes No Wave Music, serta menginisiasi Indonesian Netaudio Forum. Ia pernah menjadi kurator untuk Biennale Jogja XIII (2015). Ia memiliki ketertarikan untuk mengembangkan eksperimentasi platform kolektif, karya interdisipliner, intervensi budaya kontemporer dengan pendekatan estetik kuratorial dan spekulatif sebagai sebuah praktik artistiknya.