Catatan Program
Merayakan Program Kompetisi yang ke-21, Festival Film Dokumenter menerima berbagai macam film dokumenter yang semarak dari seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Program ini terus tumbuh subur untuk menampilkan film-film dokumenter yang reflektif dan mengintervensi realitas sosial melalui cara bercerita yang kreatif.
Di tahun 2022 ini, kami telah menerima 400-an film yang diseleksi oleh panitia yang terdiri dari rekan-rekan internal dan juga pendukung FFD yang berelasi baik dari tahun ke tahun. Kami menyambut baik jumlah dan kualitas film telah berkembang selama empat tahun terakhir sejak program ini dibagi dalam empat kategori, yakni Dokumenter Panjang Internasional, Dokumenter Panjang Indonesia, Dokumenter Pendek, dan Dokumenter Pelajar.
Kami memilih 3 film dokumenter pelajar, 8 film dokumenter pendek, 3 film dokumenter panjang Indonesia, dan 8 film dokumenter panjang internasional untuk diputar selama enam hari festival. Dari setiap kategori, tim juri final akan menganugerahkan satu pemenang yang akan diumumkan pada malam penutupan festival. Program kompetisi menghargai kemunculan film dokumenter dengan perspektif, gaya bercerita, dan pendekatan penuh warna setiap tahun, dan karenanya kami berharap untuk memiliki lebih banyak lagi di masa mendatang!
Rekan Pengelola Program: Rugun Sirait dan Riskya Duavania
Amalia Sekarjati (Sekar) saat ini bekerja paruh waktu di Kolektif Film sambil menyelesaikan studi kearsipan. Mulai 2007, ia bergabung menjadi relawan Kineforum, lalu menjadi staf publikasi pada 2010–2016. Ia pernah menjadi kontributor Majalah Change! (2009–2011), reporter filmindonesia.or.id (2011–2015), tim program JiFFest 2013, Project Officer Kineforum Misbar 2014, relawan 100% Manusia Film Festival (2017–2018), dan asisten produksi Tanakhir Films (2015–2020). Ia juga terlibat sebagai tim komunikasi Sekolah Pemikiran Perempuan (2020–sekarang), Indonesian Dance Festival 2020, dan Road to JILF 2021 (2020), serta kegiatan belakang layar bidang seni budaya lainnya. Semangatnya adalah menjelajahi kemungkinan dan merayakan pertemuan melalui berbagai kegiatan tersebut.
Siska merupakan alumni Jurusan Televisi ISI Yogyakarta dan menjadi salah satu pendiri Kamisinema. Siska mendirikan Elora Films di tahun 2013 yang memproduksi film, program televisi, video komersial, dan dokumenter. Bersama Indoartnow, ia menyutradarai hampir 100 dokumenter profil seniman di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, ia telah memproduseri tiga film pendek: Lost Wonders (Loeloe Hendra, 2015 - Singapore IFF), Flowers in the Wall (Eden Junjung, 2016 - Busan Short IFF, JAFF, Bogota Short IFF), dan BURA (Eden Junjung, 2019 - Singapore IFF, JAFF, FFI, Tampere IFF, Minikino, dan meraih tiga awards termasuk Jury Award di Seashorts Film Festival Malaysia 2020). Siska juga merupakan alumni SEAFIC, Torino Film Lab, dan menjadi 5 produser Asia yang terseleksi dalam Ties That Bind 2019.
Winner Wijaya adalah pembuat film dari Indonesia. Ia gemar membuat film sejak kelas lima SD karena sempat diajari oleh guru sekolahnya. Setiap akhir pekan, bersama teman-temannya, membuat film dengan handycam MiniDV. Mereka mencoba hal-hal baru yang menyenangkan. Mengecat tembok rumah menjadi hijau untuk chroma keying, memakai topeng-topeng hantu, membuat cerita-cerita yang aneh, dan sebagainya. Filmnya, Ojek Lusi, meraih penghargaan Dokumenter Pendek Terbaik di FFD 2017, nominasi di Minikino Film Week 4, nominasi Piala Citra 2018, dan sudah diputar pada festival film di lebih dari 10 negara. Tahun 2020, ia mendapatkan nominasi Piala Citra untuk film pendeknya Hai Guys Balik lagi sama Gue, Tuhan! dan sekarang sedang dalam tahap pascaproduksi film panjang pertamanya, Pak Greg dari Wai Apo.