Catatan Program
Merayakan Program Kompetisi yang ke-21, Festival Film Dokumenter menerima berbagai macam film dokumenter yang semarak dari seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Program ini terus tumbuh subur untuk menampilkan film-film dokumenter yang reflektif dan mengintervensi realitas sosial melalui cara bercerita yang kreatif.
Di tahun 2022 ini, kami telah menerima 400-an film yang diseleksi oleh panitia yang terdiri dari rekan-rekan internal dan juga pendukung FFD yang berelasi baik dari tahun ke tahun. Kami menyambut baik jumlah dan kualitas film telah berkembang selama empat tahun terakhir sejak program ini dibagi dalam empat kategori, yakni Dokumenter Panjang Internasional, Dokumenter Panjang Indonesia, Dokumenter Pendek, dan Dokumenter Pelajar.
Kami memilih 3 film dokumenter pelajar, 8 film dokumenter pendek, 3 film dokumenter panjang Indonesia, dan 8 film dokumenter panjang internasional untuk diputar selama enam hari festival. Dari setiap kategori, tim juri final akan menganugerahkan satu pemenang yang akan diumumkan pada malam penutupan festival. Program kompetisi menghargai kemunculan film dokumenter dengan perspektif, gaya bercerita, dan pendekatan penuh warna setiap tahun, dan karenanya kami berharap untuk memiliki lebih banyak lagi di masa mendatang!
Rekan Pengelola Program: Rugun Sirait dan Riskya Duavania
Makiko Wakai adalah koordinator program/programmer untuk New Asian Currents, bagian dari Yamagata International Documentary Film Festival (YIDFF) yang bertujuan untuk menghadirkan dan menyatukan para pembuat film baru dari seluruh dunia. Dia adalah programmer, feminis, aktivis, dan pembuat film yang berbasis di Tokyo. Karya dan aktivitas yang sedang dijalankannya meliputi: FAV (festival video dokumenter feminis) yang mendistribusikan film independen di Jepang; Visual Documentary Project (festival film berbasis di Universitas Kyoto yang menampilkan film dokumenter pendek bertema khusus di Asia Tenggara); penerjemah untuk Pusat Konsultasi Tenaga Kerja Tokyo dan Legato Ota (sebuah LSM yang bergerak bersama keluarga imigran); serta proyek dokumenter personal satu dekade yang berfokus pada keluarga Jepang‒Filipina di Desa Asahi, Yamagata, yang membuatnya menghabiskan satu tahun di Bataan, Filipina (aliansi dengan API, 2012‒2013)
Philip Cheah adalah seorang kritikus film juga seorang editor di sebuah media budaya populer satu-satunya di Singapura, BigO. Saat ini, dia merupakan konsultan dan penasihat program untuk festival film di Shanghai (China), El Gouna (Mesir), River Meets Mountain (India), Adoor (India), Yogyakarta (Indonesia), dan Hanoi (Vietnam). Ia merupakan co-founder South-east Asian Film Festival dan Asia Pasific Screen Lab. Ia juga merupakan patron untuk SEA (South-east Asian) Screen Academy di Makassar, Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi penasihat spiritual untuk Bakunawa Young Cinema Film Festival, Filipina. Philip Cheah merupakan salah satu editor buku Garin Nugroho: And the Moon Dances; Noel Vera: Critic After Dark dan Ngo Phoung Lan: Modernity and Nationality in Vietnamese Cinema.
Pierre-Emmanuel Barthe, berkebangsaan Prancis, 65 tahun, kini tinggal di Yogyakarta dan pensiun dari bisnis perfilman internasional. Pernah bekerja sebagai V.P Pemasaran untuk Bac Films (1990‒2003) dan Pathé Distribution (2003‒2006), dua perusahaan distribusi film yang berasal dari Paris, Prancis. Bertugas di bidang pemasaran (poster, trailer, promosi, premier, pertunjukan, festival, dll.), dia berkesempatan bekerja dengan sutradara terkenal, seperti Quentin Tarantino, Jane Campion, Joel & Ethan Coen, David Lynch, James Gray, Woody Allen, Nanni MOretti, Wim Wenders, Roman Polanski, Stephen Frears, Robert Altman, Jim Jarmush, David Cronenberg, Gus van Sant, Takeshi Kitano, dan beberapa sutradara hebat Prancis, seperti Claude Sautet, Patrice Leconte, Bertrand Tavernier, Etienne Chatilliez, Alain Corneau atau Claude Lelouch. Di ranah dokumenter, dia bekerja dengan The Eye of Vichy (Claude Chabrol), A Brief History of Time (Stephen Hawking), Buena Vista Social Club (Wim Wenders), Microcosmos, Himalaya (Eric Valli) dan Winged Migrations (Le peuple migrateur) yang diproduksi oleh Jacques Perrin