Kompetisi Dokumenter Panjang Indonesia

Catatan Program

Merayakan Program Kompetisi yang ke-21, Festival Film Dokumenter menerima berbagai macam film dokumenter yang semarak dari seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Program ini terus tumbuh subur untuk menampilkan film-film dokumenter yang reflektif dan mengintervensi realitas sosial melalui cara bercerita yang kreatif.

Di tahun 2022 ini, kami telah menerima 400-an film yang diseleksi oleh panitia yang terdiri dari rekan-rekan internal dan juga pendukung FFD yang berelasi baik dari tahun ke tahun. Kami menyambut baik jumlah dan kualitas film telah berkembang selama empat tahun terakhir sejak program ini dibagi dalam empat kategori, yakni Dokumenter Panjang Internasional, Dokumenter Panjang Indonesia, Dokumenter Pendek, dan Dokumenter Pelajar.

Kami memilih 3 film dokumenter pelajar, 8 film dokumenter pendek, 3 film dokumenter panjang Indonesia, dan 8 film dokumenter panjang internasional untuk diputar selama enam hari festival. Dari setiap kategori, tim juri final akan menganugerahkan satu pemenang yang akan diumumkan pada malam penutupan festival. Program kompetisi menghargai kemunculan film dokumenter dengan perspektif, gaya bercerita, dan pendekatan penuh warna setiap tahun, dan karenanya kami berharap untuk memiliki lebih banyak lagi di masa mendatang!

Rekan Pengelola Program: Rugun Sirait dan Riskya Duavania

2022  —
  69 min  —
  PG
Otty Widasari
2022  —
  64 min  —
  PG
Moses Parlindungan Ompusunggu
2020  —
  118 min  —
  PG
Yogi Sumule

Juri

Alia Swastika
Alia Swastika

Alia Swastika adalah Direktur Yayasan Biennale Jogja dan aktif terlibat sebagai kurator, manajer proyek, dan penulis di sejumlah pameran internasional. Dia menjadi Co-Artistic Director Gwangju Biennale IX (2012): Roundtable dan Direktur Biennale Yogyakarta XIV (2015). Ia juga berpartisipasi sebagai kurator pameran khusus seniman Indonesia dalam Art Dubai edisi 2012. Pada tahun 2017, ia mengkurasi seni kontemporer di Festival Europalia, Indonesia, di mana ia menyelenggarakan pameran di Oude Kerk, Amsterdam, SMAK Ghent, MuHKA di Antwerp, dan lainnya. Dia telah mengkurasi berbagai pameran di Indonesia dan luar negeri, termasuk beberapa seniman mapan dan pendatang baru. Saat ini, ia sedang meneliti seniman perempuan Indonesia periode 1975 hingga 1990 dan telah menerbitkan seri pertamanya. Dia aktif menulis untuk berbagai majalah, jurnal, dan publikasi di Indonesia serta internasional.

Chalida Uabumrungjit
Chalida Uabumrungjit

Chalida Uabumrungjit telah lulus dari Thammasat University mengambil jurusan perfilman dan lulus dari University of East Anglia di Inggris mengambil jurusan arsip film. Ia merupakan salah satu pendiri That Short Film and Video Festival dan menjabat sebagai Ketua Festival sejak 1997. Ia juga merupakan programmer di Salaya Documentary Film Festival dan Silent Film Festival di Thailand. Ia mengatur jalannya program yang berkaitan dengan film-film Thailand untuk berbagai festival internasional juga ia terlibat dalam pembuatan beragam film dan dokumenter eksperimental. Selain itu, ia merupakan salah satu komite pemilihan di AND (Asian Network Documentary) dari 2006-2018. Sejak 2013, ia menjadi salah satu dewan pengawas di FIAF (International Federation of Film Archieves). Saat ini, ia menjabat sebagai ketua Film Archive, Thailand.

Dain Said
Dain Said

Dain Said adalah seorang penulis, seniman visual, dan pembuat film Malaysia peraih penghargaan yang ceritanya mengeksplorasi tema-tema ingatan, hibriditas budaya, dan kemanusiaan. Karir penyutradaraannya mencakup film panjang, iklan TV, dokumenter kreatif, dan instalasi video yang telah diproduksi dan diputar secara internasional. Karya-karyanya yang diakui secara kritis, Bunohan (2011), Interchange (2016), dan Dukun (2018), telah membuat Dain diakui sebagai tour de force di perfilman Malaysia.

Login