Festival
Film
Dokumenter
2022

International Feature-length Documentary Competition

Commision Artwork by Vendy Methodos

Indonesia Feature-length Documentary Competition

Student Documentary Competition

14 — 19 November 2022
Commision artwork by Vendy Methodos
Bioskop Sonobudoyo, Gedung Ex Bioskop Permata, IFI-LIP Yogyakarta

Short Documentary Competition

Commision artwork by Vendy Methodos

Festival Updates

Presented by
Logo Forum Film Dokumenter
Logo Festival Film Dokumenter
Supported by
Logo Kementrian Kebudayaan RI
Dana Indonesiana
Logo LPDP
Logo Dinas Kebudayaan DIY
Logo Dana Keistimewaan
BFI Finance
In Partnership with
Logo In-Docs
Logo IFI Indonesia
Logo Program Magister Kajian Budaya USD
Logo IFI Indonesia
Logo Kamisinema
Logo Jalan Gembira
Accommodation Partner
Logo GAIA Cosmo
Logo Hotel Puri Pangeran
Logo Sagan 20

Sebuah Paradoks

Marjinal adalah kata yang lekat dengan film dokumenter: berangkat dari isu di berbagai belahan dunia, diproduksi dengan sekian cara dan upaya, membutuhkan waktu yang tidak sedikit, diputar di ruang-ruang terbatas, serta tanpa keriuhan dan gegap gempita. Hampir tidak banyak yang bisa kita sebutkan untuk menjadi daya tarik menonton atau memutar film dokumenter, selain mendapatkan informasi sebagai data atau medium yang sebatas menyampaikan sebuah fakta. Setidaknya, hal-hal tersebut yang membawa kami mengenal definisi film dokumenter sejak kurun 20 tahun lalu hingga hari ini di Indonesia.

Dokumenter seolah membawa mitos dan beban berat yang menyajikan hal-hal sulit dicerna, penuh tantangan, diproduksi dengan berbagai telusur cara pandang, hingga kerap menimbulkan ketegangan genre pada film sebagai medium itu sendiri. Perdebatan fiksi dan non-fiksi pada telusur film-film tertentu pada masanya pernah kita lalui sebagai penonton dalam melihat beragam variabel dan metode memproduksi film. Batas ini perlu ada untuk menegaskan konteks memproduksi gagasan, cara pandang, serta imaji pada proses kekaryaannya, tetapi bukan pula hal yang salah saat batas-batas ini sengaja dilebur melalui perspektif dalam menuturkan sesuatunya lewat bahasa serta gagasan yang saling menguatkan. Bagaimana batas yang selama ini ada justru mampu menjadi jembatan dari setiap gagasan yang kian pula bertumbuh?

Di sini, fungsi berbagai ruang ekshibisi yang selama ini ada, bersama film-film, serta penonton yang tumbuh dan berkembang, berproses saling mengenal dan menguatkan satu sama lain. Ruang pada akhirnya bukan lagi memberi legitimasi atas sesuatu, bukan pula hanya tempat merayakan kehadiran berbagai film, tetapi memberi ruang reflektif atas berbagai tumpukan cara kekaryaan, telusur pandang, hingga peristiwa yang mampu dihadirkan melalui bahasa sinema dan perjalanannya, bahkan, bisa jadi lahir atau tercipta dari ruang-ruang sunyi.

Film bukan saja wajah dari sekian kompleksitas suatu wilayah. Setiap film dan genre memiliki cara untuk menyampaikan berbagai hal, imaji dan informasi dengan cara yang berbeda. Dinamika tersebut hidup beriringan dan saling mengisi, sama halnya pada setiap perekaman dan imaji atas peristiwa, yang membawa kita bertolak pada kesimpulan cara tutur sinema. Film-film tahun ini adalah sebuah upaya membawa deretan peristiwa serta dinamika situasi sosial, ekonomi, dan politik. Bagaimana melihat luka dunia menjadi bagian dari memori setiap masyarakatnya.

Saya percaya setiap film akan bertemu dengan penontonnya di ruang dan dengan cara yang tepat karena ruang-film-penonton adalah satu peristiwa yang tak terpisahkan. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan Festival Film Dokumenter hingga hari ini.

Selamat menonton!
Alia Damaihati

Login

A Paradox

Marginal is a word attached to documentaries; they depart from issues in various parts of the world, are produced through trial and error, demand a long time, and are screened in limited spaces detached from celebrations or festivities. We can barely mention things that attract people to watch or air documentary films other than getting information as data or a limited medium to convey a fact. At least, these things have brought us to know the definition of documentary film in Indonesia, 20 years on.

Documentaries seem to carry myths and heavy burdens that serve things that are arduous to digest, full of challenges, and produced in various ways; hence, sometimes, they evoke tension in terms of those genres of film as the medium themselves. We, as the audience, have been in a situation where fiction and non-fiction, while tracing certain films, were debated in seeing a variety of variables and methods of producing films. Boundaries need to exist to affirm the context of making ideas, perspectives, and images in the work process. Still, it is not bad when these boundaries are intentionally dissolved through some perspective while saying something using language and ideas that are mutually reinforcing. How come these age-old boundaries are able to be a bridge of every growing thought?

Here, the function of various exhibition spaces that have existed, together with films, as well as audiences who grow and develop, they involve in a process and strengthen each other. Space, at the end of the day, no longer gives legitimacy to something; it is not just a place to celebrate the presence of various films. Still, it provides reflective space for multiple stacks of work and explores other perspectives. Also, it presents the events which can be delivered through the language of cinema and its journey, even though it might appear or be created from quiet corners.

A film is more than a face of the complexity of a region. Each film and genre has a way of conveying things, images, and information differently. These dynamics live together, hand in hand, to complete each other, just like in every archive and picture of events, which leads us to the conclusion of how cinema speaks. This year’s films attempt to bring the sequence of events and the dynamics of the social, economic, and political situation. We will see how the wounds of the world become a part of the memory of every society.

I believe every film will meet its audience in its space and the right way because space, film, and audience are inseparable. Thank you for being a part of Festival Film Dokumenter’s journey until today.

Let’s dive in!

Alia Damaihati