Kompetisi Panjang Indonesia

Catatan Program

Empat film finalis dalam kategori Kompetisi Panjang Indonesia dapat berperan sebagai jendela untuk mengintip sebaran produksi dokumenter panjang di Indonesia. Walau tiap tahunnya perlahan bertambah, jumlahnya masih terhitung sedikit. Keempat film yang disajikan dengan cerita yang sama pentingnya mampu menunjukan kedalaman maupun penggambaran kompleks dari cerita yang diangkat. Selain itu, film-film ini mencoba merespons isu dengan konteks lokal yang cukup relevan jika diletakan pada konteks yang lebih luas. Bagaimana kualitas film dokumenter panjang Indonesia dapat bersaing dengan kuantitasnya di masa mendatang?

Juri

Laura Coppens

Laura Coppens adalah seorang pembuat film dan antropolog visual. Ia menerima gelar PhD di University Research Priority Program Asia and Europe di University of Zurich pada 2014. Sejak saat itu, ia bekerja di University of Bern sebagai asisten peneliti dan mengajar pembuatan film dokumenter. Proyek film dokumenternya, Anak-Anak Srikandi, tayang perdana di Berlin International Film Festival dan memenangkan beberapa penghargaan. Sebagai kurator film, Laura menjadi juri di beberapa festival film, termasuk di Berlinale Teddy Award. Film dokumenter Taste of Hope adalah debut Laura sebagai sutradara tunggal.

Gary Byung-seok Kam

Berbasis di Seoul, Korea, Gary adalah produser dokumenter Korea Selatan pertama yang dinominasikan untuk Academy Award. Dia berkomitmen untuk membuat cerita yang menarik untuk mendukung para pembuat film dokumenter independen. Film-filmnya yang telah dirilis antara lain Planet of Snail (2011, sutradara Seung-jun YI), film dokumenter Asia pertama yang memenangkan Film Dokumenter Panjang Terbaik di International Documentary Festival Amsterdam (IDFA), In The Absence (2018) yang dinominasikan di OSCAR®, Shadow Flowers (2019), dan Crossing Beyond, film Olimpiade resmi untuk Olimpiade Musim Dingin PyeongChang 2018. Dia telah menjadi mentor di Docedge Kolkata, DMZ International Documentary Festival, Docs by the Sea, MyDocs, EBS International Documentary Festival, dan sebagai juri/panitia seleksi di Whickers Foundation, IDFA Forum, dan IDA. Gary adalah anggota Academy of Motion Picture Arts and Science.

Eric Sasono

Eric Sasono merupakan seorang kritikus film. Ia memperoleh PhD dalam bidang kajian film dari King’s College London. Pendiri Rumah Film (2007-2011). Sempat menjadi pengurus di Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia (YMMFI) yang menyelenggarakan JIFFest dan Indocs. Merupakan salah satu pendiri Indonesian Film Society di London yang bertujuan memajukan film dan kebudayaan Indonesia untuk publik di London. Kini bekerja di salah satu lembaga nonpemerintah di Jakarta.

Komite Seleksi

Dag Yngvesson

Dag Yngvesson adalah seorang sineas dan Asisten Profesor Program Studi Sinema dan Budaya di Universitas Nottingham, Malaysia. Karya ilmiah dan karya kreatifnya berfokus pada sejarah dan bentuk politik pada sinema dan media di Asia Tenggara. Publikasi terbarunya, “Centering Peripheries: The Return of Regionalism in Indonesian Independent Cinema,” muncul di Jurnal Cinema and Media Studies edisi Musim Semi 2021. Film terbarunya, Banyak Ayam Banyak Rejeki (Many Chickens, Lots of Luck), tayang perdana secara internasional di Mubi pada Januari 2021 dan saat ini sedang berkelana di festival dan konferensi film Asia dan internasional.

Jamaluddin Phonna

Jamal adalah direktur Aceh Film Festival (AFF) dan merupakan pendiri Aceh Documentary, sebuah lembaga pengembangan dan produksi dokumenter yang telah 10 tahun berdiri di Aceh. Ia belajar di jurusan Ilmu Komunikasi yang membuka jalannya menjadi seorang pembuat film. Pengalaman 13 tahun di dunia perfilman memperkuat kepeduliannya terhadap isu-isu sosial. Hal ini menginspirasinya untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik penonton melalui film dokumenter.

Rugun Sirait

Rugun adalah seorang peneliti yang tertarik pada medium yang luas, seperti musik, fotografi, film, kebudayaan digital, dan isu-isu sosial. Ia adalah salah satu tim pengelola program Festival Film Dokumenter.