Panduan Harian: Minggu, 9 Desember 2018

— Daily Guidelines
FFD 2018
912

12.00 WIB

FFD2018 | Film | SOIna

SOINA (2018) | SOCIETET TBY

Hadir sebagai satu dari dua dokumenter non-VR dalam program Feelings of Reality, SOIna, atau Special Olympics Indonesia adalah organisasi yang dipercaya mengadakan ajang olimpiade bagi atlet tunagrahita. Film dokumenter ini merekam salah satu ajang tersebut pada November 2008, berfokus pada kisah seorang staf dan dua orang atlet dari Jawa Timur. Pemutaran akan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang difasilitasi oleh Rival Ahmad dan Ardi Yunanto dari Besiberani, inisiatif interferensi sosial melalui medium film.

 

14.00 WIB

FFD 2018 | Film | Three Conversation on Life

POLISH DOCS – DOCUMENTARY | AUDITORIUM IFI-LIP

Slot ini akan diisi dengan pemutaran tiga film; Father and Son (2013), Three Conversations of Life (2018), dan Close Ties (2016) sebagai rangkaian dari program Polish Docs. Film-film ini hadir untuk lebih jauh mengeksplorasi kemungkinan membicarakan tema keluarga dalam kaitannya dengan konteks sosial yang lebih besar.

 

15.30 WIB

solving

SOLVING MY MOTHER (2018) | SOCIETET TBY

Ieva Ozolina akan membawa penonton pada kisah kreatif dan destruktif sebuah kasih sayang dalam sebuah hubungan ibu-anak. Film ini merupakan salah satu finalis FFD kategori kompetisi panjang.

 

16.00 WIB

FFD2018 | Film | Tarian Kehidupan

KOMPETISI PELAJAR | AUDITORIUM IFI-LIP

Slot sepanjang lebih dari 6o menit ini akan diisi oleh lima film finalis FFD kategori dokumenter pelajar. Aku Bukan Toraja (2018) yang merekam bagaimana satu ritual penting dalam satu masyarakat, kini menjadi tidak lebih dari hiburan semata. Sum (2018) yang diambil dari nama tokoh utama di film ini, seorang mantan aktivis Barisan Tani Indonesia yang pernah dipenjara selama 13 tahun dan kini hidup sendiri sembari menunggu perubahan. Mudik (2018) yang merekam bagaimana sebuah keluarga melakukan ritual pulang kampung menggunakan sebuah truk. Kisah Mbah Romo, seorang lansia yang tinggal sebatang kara, dan anak satu-satunya yang masih hidup dengan usahanya menuntut pemenuhan kewajiban negara atas jaminan sosial untuk Mbah Romo di Rantai Emas (2018). Hingga Tarian Kehidupan (2018) yang menyajikan kisah seorang siswa SMP yang harus menjadi tulang punggu keluarganya dengan mempelajari tarian tradisional.

 

19.00 WIB

FFD2018 | Film | DeathCrow48

KOMPETISI PENDEK | SOCIETET TBY

Slot ini akan diisi dengan lima film finalis kategori kompetisi pendek. Deathcrow48 (2018), kisah tentang Eric Crow, penggemar grup idol JKT48, berusia 36 tahun dan masih gigih mengikuti kegiatan dan kehidupan JKT48 sebagai seorang penggemar. The Nameless Boy (2017) yang membawa penonton pada hiruk pikuk demonstrasi protes terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta, lewat kaca mata seorang anak kecil yang mengalami langsung bagaimana kebencian tidak pernah lebih nyata. Kisah Kasi Astuti, seorang nenek penggiat seni karawitan dan pertentangan yang terjadi di dalam keluarganya akibat kecintaannya terhadap seni tersebut di Swara Kalbu (2018). Niqab We Are Not Different (2018) yang merekam pengalaman kelompok minoritas pengguna niqab, perlakuan diskriminatif yang mereka dapatkan, kisah-kisah personal tentang alasan, hingga permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari. Juga Lahir di Darat, Besar di Laut (2018), kisah tentang Raiman, kapten kapal Sami Asih, di tengah keadaan yang semakin tidak menentu, kesusahan mencari pekerjaan di darat. Menyisakan laut sebagai pertaruhan terakhirnya.

 

FFD2018 | Film | Absent Without Leave

ABSENT WITHOUT LEAVE (2016) | AMPHITHEATER TBY

Kisah pencarian sejarah bangsa yang ditutup-tutupi bahkan hingga di ruang keluarga. Melalui hubungan cucu-kakek, sejarah yang dikubur dengan stigma, kebohongan, hingga ketakutan, coba digali kembali. Film ini merupakan salah satu film dalam program Human, Frame by Frame.

 

21.00 WIB

FFD2018 | Film | Still Life

STILL LIFE (1997) | SOCIETET TBY

Satu dari tiga film di program Retrospektif Harun Farocki. Di sini, selama 56 menit Farocki mengeksplorasi gagasan bagaimana menurutnya fotografer yang di masa kini bekerja di periklanan, sedikit banyak meneruskan tradisi pelukis Flemish di Abad XVII yang melukis obyek-obyek sehari-hari, alias obyek tidak bergerak. Lalu ia mengilustrasikan hipotesanya dengan tiga dokumenter berurutan yang menunjukkan bagaimana fotografer bekerja menciptakan sebuah still life kontemporer: sepotong keju, gelas bir, dan juga sebuah jam tangan mewah.