Wawancara Juri Kompetisi Pelajar: Menyimpan Keberanian dalam Kesederhanaan

— Berita
FFD 2023

Film-film persembahan pelajar Indonesia tahun ini membawa kebaruan yang cukup berani dalam hal pengambilan sudut pandang dan gagasan. Meskipun masih membawa topik seputar tradisi, cara presentasi para film pelajar dalam kategori ini terbilang cukup baru dan segar. Festival Film Dokumenter 2023 mempersembahkan program Kompetisi Pelajar dan menghadirkan tiga juri yang menonton dan mengapresiasi film-film nominasi. Ketiga juri dalam program Kompetisi Pelajar adalah Wahyu Utami (Uut), Dini Adanurani (Dini), dan Manuel Alberto Maia (Abe).

Berikut adalah rangkuman sesi wawancara kami bersama para juri.

Bagaimana juri melihat lima film yang terseleksi di kategori pelajar FFD tahun ini?

(Abe) Saya melihat film-film ini memiliki keragaman cerita karena mereka (para pembuat film pelajar) memang berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Saya pikir lima film ini penting dan menarik.

(Uut) Sebagai dokumenter pelajar, lima film ini sudah cukup menarik. Mereka punya ketertarikan dan kemampuan dalam membaca peristiwa. Walaupun secara cerita belum terasa utuh, tapi apabila dilihat dari perspektif pelajar, itu sudah menarik.

(Dini) Untuk kategori pelajar, setiap film itu jadi kesempatan bagi mereka untuk dapat belajar mengolah kepekaan. Ada banyak isu yang di-cover dan kebanyakan berbicara mengenai kebudayaan di daerah mereka masing-masing. Itu sangat menarik. Selain itu, empat dari lima film ini disutradarai oleh perempuan. Dari sini, kita bisa melihat ada semangat kesetaraan. Ada inisiatif-inisiatif yang tidak terbatas pada gender di kategori pelajar.

Bagaimana juri melihat kekuatan dan capaian eksploratif dalam kategori pelajar?

(Dini) Apabila dilihat dari cara tutur, sangat beragam. Ada cara tutur yang masih konvensional, yakni lewat wawancara, tapi ada juga yang sudah lebih dekat pada objek, bunyi, dan hal-hal sensorik. Ada yang observasional dan berani masuk ke ruang-ruang privat. Gaya tutur yang sederhana tapi mengena pun ada.

(Uut) Cukup beragam. Menurut kami, ada satu film yang menarik karena terlihat berbeda dari segi pendekatan. Umumnya dokumenter pelajar menggunakan metode pendekatan wawancara, tapi ada satu film yang berani melakukan pendekatan observasional. Ini menunjukkan bahwa pembuat film pelajar mulai berani melangkah mendekati subjek dan cerita yang diangkat.

(Abe) Selain kemampuan untuk mengeksplor isu atau tema yang dibawa, lima film tahun ini, harus di-mention, ada yang berani melakukan eksplorasi lebih jauh terhadap cerita yang dibawa. Tidak hanya terkotak pada ragam isu di lingkungan sosialnya, tapi juga sudah masuk pada ruang-ruang personal. Ini menarik karena harus diakui bahwa film dokumenter pelajar indonesia, di tahun ini khususnya, masih berkutat di tema-tema seputar budaya dan lain sejenisnya. Banyak yang perspektif bertuturnya masih lahir dari tema-tema itu, belum berani keluar untuk melihat dunia yang lebih merdeka.

Bagaimana proses penjurian berlangsung hingga akhirnya dicapai keputusan final berupa penentuan satu pemenang?

(Dini) Keputusan juri cukup bulat karena ada satu film yang cara tuturnya untuk mendekati isu seni-tradisi terasa sangat jujur dan apa adanya. Film ini bisa masuk ke ruang-ruang privat dan menangkap gestur-gestur intim yang sangat memberikan perspektif tentang bagaimana para subjek di dalam cerita hidup dan bagaimana kehidupan sehari-harinya berkelindan dengan isu seni-tradisi tersebut.

(Uut) Adanya pemenang di kategori pelajar menjadi penting karena kami sebagai juri melihat bahwa ini adalah film yang dihasilkan oleh pelajar. Jadi, kami tidak membuat ekspektasi-ekspektasi yang terlalu tinggi. Kami melihat secara konteksnya. Keputusan pemenang ini menjadi penting karena akan memberikan semangat untuk para pelajar dalam meneruskan mimpinya menjadi pembuat film dokumenter. Selain itu, film pemenang ini juga dipilih karena pembuat film memiliki kepekaan dalam membaca peristiwa sosial di sekitarnya dan kemudian bisa mengemas itu menjadi sebuah film. Kepekaan memang menjadi modal dasar dari pembuat film dokumenter. Inilah yang dimiliki oleh film itu.

(Abe) Film pemenang ini berani keluar dari zona atau situasi normatif yang tercipta di ruang-ruang kelas. Sebagai pelajar, keberanian ini patut diapresiasi. Keberanian untuk menghadirkan ragam tutur yang berbeda. Keberanian untuk melihat kejadian sederhana di lingkungannya, lantas menceritakannya dengan sederhana pula. Film pemenang ini menarik karena dia memulai dengan hal yang sederhana.

Apa kesan, pesan, dan harapan untuk para pembuat film dokumenter pelajar Indonesia?

(Abe) Indonesia adalah negara yang sangat kaya, sangat beragam. Perlu eksplorasi terhadap cara tutur dalam film dokumenter untuk merespons keberagaman tersebut. Film dokumenter tidak bisa hanya digarap dengan satu pendekatan saja, harus dengan pendekatan yang beragam pula.

(Uut) Lebih berani saja untuk bereksplorasi dan membicarakan apa yang menarik. Coba lebih berani membicarakan apa yang ingin dibicarakan.

(Dini) Gunakan kesempatan selama menjadi pelajar ini untuk membuat apa pun yang kalian mau.

(Abe) Buat film yang merdeka, independen, dan eksploratif.

Festival Film Dokumenter 2023 dengan bangga dan berbahagia mempersembahkan Ebeg Lovers (2023) arahan Kartika Tri Wardani sebagai penerima anugerah kategori Kompetisi Pelajar Terbaik dalam Kategori Pelajar. Kami juga berterima kasih kepada seluruh komite seleksi dan juri yang telah terlibat dalam proses Festival Film Dokumenter 2023.