Yogyakarta, 18 November 2022 – Sutradara Yogi Sumule hadir di antara penonton yang antusias mengikuti pemutaran After Multatuli Left (2020) di IFI-LIP Yogyakarta sore ini. Yogi mengawali sesi tanya-jawab dengan menceritakan pengalaman-pengalamannya selama memproduksi film berdurasi 118 menit ini. Menurutnya, dalam kerja-kerja memproduksi film dokumenter, prosesnya berbeda. Apa yang kita ekspektasikan, hasilnya belum tentu serupa. “Kita menata ulang materi yang ada. Kita susun ulang badan ceritanya. Kalau ternyata cukup beda, kita buat yang baru dari materi yang ada. Untungnya, After Multatuli Left tidak begitu jauh.”, ungkapnya. Terkait dengan bagaimana ia menyusun materi, ia menambahkan, “Frame itu membatasi, maka mungkin, suara itu yang membawa kita kemana-mana.”.
Berikut adalah rangkuman sesi tanya-jawab bersama Yogi:
Sebagai pembuat film, pasti Yogi berhubungan juga dengan banyak orang di belakang layar. Apakah perspektifnya sama? Dari mana ide-ide itu muncul dan apakah kemudian berkolaborasi dengan mereka?
Perspektifnya Arjan (yang lebih dominan), banyak (materi) dari apa yang didapatkannya, terlihat dari footage tahun 87. Ada bantuan Mas Bonnie juga. Kalau saya dan editor membangun susunan ceritanya saja. Membuat pertanyaan-pertanyaan bersama agar relevan dan dapat dipahami narasumber.
Film ini selesai kapan dan sudah diputarkan di mana saja? Apakah ada pemutaran khusus di Lebak?
Pemutaran pertama dilakukan di Museum Multatuli. Di Festival Film Dokumenter ini pertama kali juga diputar (secara umum). Ketika penayangan di Museum Multatuli, (saya) sengaja melihat dari jauh, agar reaksinya terlihat. Ketika melihat, ada yang menarik dari Bupati yang hadir sewaktu pemutaran film ini. Ia selalu meminta kepada anggota yang duduk di sebelahnya untuk mencatat beberapa hal yang muncul di film.
Kenapa Mas Yogi yang menyutradari filmnya dan bukan Arjan secara keseluruhan? Kenapa pendekatannya begitu?
Arjan dari awal tidak mau menyutradarai film ini. Dia mau ada orang indonesia yang memberikan perspektif lain, tujuannya jelas agar tidak bias.