Refleksi Diri atas Gouden Koets: Sesi Tanya-Jawab bersama Fransiscus Magastowo

— Berita
FFD 2022

Yogyakarta, 18 November 2022 –  Reflection of A Painting (2020), sebuah film yang menyajikan petualangan mengikuti jejak keluarga yang terhubung oleh pengalaman poskolonial, ditayangkan di IFI-LIP Yogyakarta hari ini. Film yang tergabung dalam program Perspektif Festival Film Dokumenter 2022 ini memberikan wacana baru terhadap lukisan berjudul Gouden Koets (Kereta Emas). Diarahkan oleh Fransiscus Magastowo, Reflection of A Painting (2020) menawarkan refleksi dan elaborasi atas lukisan kontroversial ini. 

Berikut adalah rangkuman sesi tanya-jawab seusai pemutaran bersama Fransiscus Magastowo:

 

Apa yg paling mengejutkan sewaktu ketemu boks foto-foto itu?

Yang paling mengejutkan waktu itu ada foto aktivisme nenek saya sewaktu sekolah. Ternyata,  nenek saya seorang aktivis. (Aktivisme ini) bukan secara politik tapi lebih ke aktivitas apa yg diajarkan oleh sekolahnya. Saya ga pernah terpikir atau hal baru apa yg paling bisa dibicarakan, hampir semua yang saya ketahui tentang nenek saya ditransfer dari ayah saya. Mungkin jika dihubungkan dengan poskolonialisme sebenarnya nenek saya bukan satu satunya orang yang mengalaminya. Painting ‘kan bukan mirror; saya merasa lukisan itu merefleksikan kehidupan nenek saya yang kemudian berkesinambungan dengan benang merah keluarga hingga saya sendiri.

Apa keputusan mengambil judul painting? Apakah film ini ingin menceritakan mengenai sosok nenek dan malah bukan tentang painting

Lebih tepatnya karena refleksi painting ini, hubungan hidup di masa itu tidak harus dikerangkeng, cara menyikapinya kita yg berbeda. Saya tidak ingin menjawab dari bahwa lukisan ini rasis karena konteks saya di-hire  oleh Amsterdam adalah karena ada pameran Gouden Koets. Publik banyak menghujat lukisan itu; hal ini menjadi refleksi diri kita sendiri bahwa ini bukan hitam dan putih. Bukan berarti kita tidak bisa berdamai oleh masa lalu, seperti tadi bagaimana lukisan ini mudah sekali dipelintir. Bukan berarti kita eksploitasi dengan masa lalu. Stand saya adalah bahwa lukisan ini mau dipandang apa saja oleh penonton; saling refleksi atas diri kita sendiri.