Pangkalan data (database) film berperan vital dalam keberlangsungan dan keberlanjutan ekosistem perfilman. Pangkalan data film juga bisa menjadi arsip penting yang fungsional dalam menunjang pembelajaran di dunia pendidikan. Oleh karena itu, Forum Film Dokumenter (FFD) menginisiasi Program Database untuk mereaktivasi ratusan koleksi film yang telah dikompetisikan di Festival Film Dokumenter agar dapat disalurkan ke ruang-ruang pemutaran yang lebih luas, utamanya dalam ruang-ruang kelas formal.
Bertolak dari hal tersebut, DOC Talk bertemakan “Database Dokumenter, Pendidikan, dan Perannya” pun digelar pada Rabu, 6 Desember 2023. Bertempat di Cemeti-Institut untuk Seni dan Masyarakat, DOC Talk kali ini menghadirkan Suluh Pamuji (Direktur Eksekutif KDM CINEMA) dan Michael A. Chandra (Manajer Program Database FFD) sebagai pembicara, dengan Sazkia Noor Anggriani (pembuat film dan akademisi) bertindak sebagai moderator. Forum ini dihadiri oleh peserta yang terdiri dari berbagai latar belakang, mulai dari pembuat film, programmer film, hingga tenaga pendidik dari berbagai jenjang pendidikan.
Bagi Suluh, pangkalan data merupakan bagasi referensi film-film dokumenter lawas yang berperan penting sebagai sumber rujukan penunjang materi ajar di kelas. Namun, terkadang para edukator menemukan kesulitan dalam mendapatkan akses ke film-film tersebut. Tak banyak yang memiliki “sirkel” atau koneksi langsung ke rumah produksi, produser, sutradara, pun distributor yang berkenan memberikan akses langsung ke film-film yang dibutuhkan. “Bagaimana aksesnya untuk kebutuhan ekshibisi, apresiasi, dan edukasi? Oke, ada materi filmnya, tapi ada tidak aksesnya?” Suluh melantangkan pertanyaan yang bergentayangan di kepala para peserta DOC Talk kali ini. Untuk menjawabnya, Suluh meminta Chandra selaku pengelola pangkalan data FFD untuk melanjutkan pemaparan materi.
Bersama FFD, Chandra telah memulai proses pengarsipan film dokumenter sejak tahun 2005—2006. Dibantu oleh para volunter, mereka mulai mengategorisasikan film berdasarkan tema dan genrenya. Namun, seluruh akses terhadap arsip dokumenter yang disimpan di FFD hanya bisa didapatkan dengan cara mendatangi sekretariat FFD secara langsung. Masalahnya, sekretariat tentu tidak buka setiap hari, sepanjang waktu. Perlu membuat janji temu terlebih dahulu. Berangkat dari keterbatasan itu, FFD mencoba mencari jalan keluar. Pangkalan data dokumenter yang telah ada pun dikembangkan, lebih jauh, berusaha ditransformasikan menjadi arsip digital. Usaha itu diwujudkan lewat penggarapan laman filmdokumenter.id yang akan dirilis pada 20 Desember 2023 mendatang. Laman ini memuat lebih dari 200 film yang tergabung dalam program kompetisi Festival Film Dokumenter dari tahun ke tahun. Terdapat sinopsis, jejak pemutaran, profil tim produksi, hingga pengklasifikasian topik film yang disediakan untuk memudahkan pengakses.
Chandra berharap filmdokumenter.id dapat digunakan sebagai sumber rujukan penunjang materi ajar bagi para edukator, baik guru maupun dosen. Untuk memaksimalkan mutu dan layanannya, laman ini juga dilengkapi dengan filter data. Pengguna dapat mencari film yang sesuai dengan kebutuhan materi lewat daftar tag yang memuat beragam topik dan genre. Mulai dari sejarah, hukum, pemerintahan, sosial-budaya, dan lain sebagainya. Selain itu, mengusung prinsip partisipatif dan demokratis, terdapat pula fitur revisi data yang dapat digunakan oleh pengakses laman, utamanya para pembuat film, untuk memberi umpan balik jika sekiranya ada film yang dirasa tidak sesuai dengan kategorisasi yang telah ditentukan.
Pengajuan akses terhadap film-film yang tersedia di filmdokumenter.id dapat ditempuh dengan tahapan yang sederhana, yakni: pilih, pinjam, dan putar. Sebelum itu, pengunjung tentu perlu melakukan registrasi akun terlebih dahulu agar pengelola dapat memverifikasi identitas pengakses film. Setelah tervalidasi, pengunjung dapat mengisi formulir dan menunggu persetujuan.
Usaha untuk lebih memasyarakatkan film dokumenter ini disambut baik oleh para peserta DOC Talk yang hadir. Laman ini dinilai dapat menjadi by pass yang integral antara pengelola laman, pengakses, hingga pembuat film. Tentu dalam prosesnya masih terdapat banyak hal yang perlu dikembangkan dan dimutakhirkan lagi. Mengingat fokus dan target audiens dari filmdokumenter.id ini utamanya adalah para edukator, jaringan kolaborasi dengan berbagai elemen, termasuk pemerintah pun, perlu ditingkatkan. Terlepas dari segala tantangan yang menghadang, Chandra menegaskan bahwa kunci rantai dari keberhasilan dan kedayagunaan laman ini adalah kepercayaan. Kepercayaan antara pengelola dengan pengakses laman. “Selama rekan-rekan bisa memanfaatkan platform ini dengan benar dan jujur, akan mudah.”
Suluh menambahkan, dampak pemanfaatan film dokumenter sebagai bahan ajar tak bisa semata-mata digantungkan begitu saja pada aspek distribusi lewat laman filmdokumenter.id. Bagaimana pun, dampak dari sebuah film sejatinya sudah didesain jauh sebelum film mulai digarap oleh filmmaker. “Impact itu memang harus di depan, sejak film itu masih direncanakan.”
Pangkalan data film dokumenter bisa jadi satu alternatif baru dalam meningkatkan sekaligus memvariasikan pembelajaran dalam dunia pendidikan. Dalam proses pun upayanya, tentu perlu spirit kolektif dan kolaborasi aktif dari berbagai pihak. Dengan begitu, harapannya filmdokumenter.id benar-benar dapat diwujudkan menjadi gerbang interaksi yang produktif dan progresif bagi giat-giat edukasi, minimal di negara ini.
Diliput oleh Hesty N. Tyas pada 6 Desember 2023.