Mendengar dan Meresapi Cerita dari Lain Sisi dalam The Exiles

— Berita
FFD 2023

Pada tahun 2013, Lola Amaria memulai perjalanan hampir satu dekade untuk mencari apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka yang diasingkan setelah “pembersihan” massal pada tahun 1965. Perjalanan ini berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana, “sebenarnya apa yang terjadi?” dan keinginan untuk mengetahui sudut pandang mereka yang selalu disebut sebagai “sisi sebelah”. Hal ini kemudian mengantarkan Amaria ke Eropa untuk menemui langsung para eksil demi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tidak terjawab. Setelah bertahun-tahun melakukan perjalanan pencarian, pada 2022 lahirlah The Exiles (Eksil). Film ini merupakan finalis pada program kompetisi FFD 2023 dalam kategori Kompetisi Panjang Indonesia. The Exiles (2022) ditayangkan pada 5 Desember 2023 di Gedung ex Bioskop Permata. Sutradara Lola Amaria hadir mengisi sesi tanya jawab bersama penonton setelah penayangan film.

Di balik semua cerita Amaria tentang perjalanan The Exiles (2022), sebuah kata yang melekat dengan perjuangan para eksil adalah ketidakpercayaan. Motivasi Amaria untuk memulai pencarian jawaban ini berangkat dari ketidakpercayaan terhadap pembingkaian isu-isu terkait apa yang terjadi di tahun 1965. Ia bercerita tentang pengalamanya selama sekolah, di mana pemerintah memaksakan sudut pandang mereka tentang para eksil melalui film dan media. “Selama SD, SMP, SMA, saya dicekoki satu film yang mendoktrin, mem-brainwash kami semua saat itu. Kami dipaksa tanpa kita tahu ada apa dengan sisi sebelahnya.”

Berbicara tentang hubungan dia dengan para narasumber, Amaria bercerita bahwa para eksil sangat tertutup dengan orang baru. Disebabkan karena trauma mendalam dan ketakutan mengenai ancaman pada mereka dan keluarga, para eksil awalnya tak percaya dengan intensi sang sutradara. “Ketika saya berniat untuk membuat film, mereka langsung menolak karena mereka curiga. Mereka bertanya siapa sebenarnya siapa? Siapa yang mengutus saya? Siapa yang membiayai saya ke sana? Mereka trauma.” ujar Amaria. Ia membutuhkan waktu selama satu tahun mendekati para eksil untuk pada akhirnya membuat mereka percaya bahwa Amaria hadir untuk menceritakan perjuangan mereka.

Setelah bertahun proses pembuatan film, Amaria berkesempatan untuk menayangkan film ini pada para eksil. Amaria bercerita tentang reaksi salah satu eksil, Hartoni Ubes, saat pertama kali menonton film ini. Meskipun sudah menjadi bagian dari cerita dan proses pembuatan The Exiles (2022) untuk hampir satu dekade, baru hari itu, saat menonton langsung, beliau percaya niat sang sutradara. Saat masih berproses membuat film pun, tim produksi merasakan adanya ketidakpercayaan. Proses pembuatan film di lakukan secara diam-diam dan Amaria serta timnya pergi ke Eropa dengan tujuan membuat film “jalan-jalan”. Saat selesai mengumpulkan materi, materi tersebut pun disalin dan disimpan di beberapa kota berbeda di Eropa karena takut saat kembali ke Indonesia, materi itu akan langsung disita.

Salah satu penonton bertanya akan dikemanakan film ini, mengingat film ini adalah film penting yang patut untuk dikonsumsi oleh publik seluas-luasnya. Amaria merespon bahwa ia dan tim sedang berusaha untuk membawa The Exiles (2022) untuk ditayangkan di sekolah dan universitas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap perspektif yang ditanamkan secara paksa oleh pemerintah tentang para eksil. “Banyak yang menganggap mereka hidup senang di luar negeri, ternyata tidak. Mereka menderita, setiap hari memikirkan pulang. Itu yang mau saya gali, lebih ke humanisnya, hubungan antarmanusia. Di mana sisi kemanusiaan kita saat melihat ini?” ujar Amaria.

The Exiles (2022) mengajak kita untuk saling mendengar dan menyimak cerita-cerita yang sebelumnya tak pernah digaungkan. Sebab, jika kita tak berusaha mengerti apa yang sebenarnya terjadi, bisa jadi apa yang terjadi adalah sesuatu yang bukan terakhir kali.

Diliput oleh Aradi Ghalizha pada 5 Desember 2023.